Rabu, 18 April 2018

Alat pengumpulan data statistik

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu cara untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari sebuah fenomena dan permasalahan yang muncul. Hingga pada akhirnya dengan penelitian jawaban yang didapatkan menjadi acuan dan rekomendasi untuk memecahkan masalah. Dalam dunia pendidikan, permasalahan muncul seiring dengan dinamisasi kehidupan dalam konteks pembelajaran. Keadaan ini menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat pendidikan untuk dapat memecahkan masalah-masalah tersebut salah satunya dengan jalan penelitian.
Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Selanjutnya Sugiyono (2010:306) mengungkapkan bahwa :
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.”
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti memegang peranan yang sangat penting dalam proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas Oleh karena itu peranan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrument kunci atau bisa dikatakan “the researcher is the key instrument”.
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba dalam Sugiyono (2010: 306) menyatakan bahwa :
The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human isntrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product”.
Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan :
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berangkat dari pemamparan diatas permasalahan dalam penentuan Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data dalam metode penelitian kualitatif, ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam makalah ini akan mencoba untuk membahas mengenai Instrumen dan Teknik Pengumpulan data Metode kualitatif.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Wawancara dan bagaimana teknik pengumpulan datanya?
  2. Apa pengertian Kuesioner dan bagaimana teknik pengumpulan datanya ?
  3. Apa Pengertian Observasi dan bagimana teknik pengumpulan datanya ?
  4. Apa pengertian Dokumentasi dan bagaiman teknik pengumpulan datanya ?
  5. Apa pengertian Tes dan bagaimana teknik pengumpulan datanya ?
  1. Tujuan
  1. Memahami pengertian wawancara dan teknik pengumpulan datanya.
  2. Memahami pengertian kuesioner dan teknik pengumpulan datanya.
  3. Memahami pengertian observasi dan teknik pengumpulan datanya.
  4. Memahami pengertian dokumentasi dan teknik pengumpulan datanya.
  5. Memahami pengertian tes dan teknik pengumpulan datanya.
























BAB II
PEMBAHASAN

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer disini maksudnya sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, sedangkan sumber sekunder yakni sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan Interview (wawancara), Kuesioner (angket), Observasi (pengamatan), Dokumentasi dan Tes. Pada bab ini hanya akan dikemukakan pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu melalui cara yang di atas disebutkannya.
  1. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telpon.
  1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah mngetahui dengan pasti tentang informasi pa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Berikut ini salah satu contoh wawancara terstruktur :
Misalkan No. 1 :
Bagaimanakah tanggapan saudara terhadap pelayanan Administrasi di kampus IAIN Syekh Nurjati ini ?
  1. Sangat Memuaskan
  2. Memuaskan
  3. Tidak Memuaskan
  4. Sangat Tidak Memuaskan

  1. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakanhanya beberapa garis besar permaslahan yang akan ditanyakan.
Berikut ini contoh wawancara tidak terstruktur :
Bagaimanakah pendapat saudara terhadap pelayanan administrasi di Kampus IAIN Syekh Nurjati ? dan apakah prosesnya mudah ?”
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias sendiri yaitu menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.1

  1. Angket (Kuesioner)
Anket atau kuesioner juga bisa disebut pertanyaan, merupakan salah satu alat pengumpulan data. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Sebagian besar penelitian sosial, termasuk pendidikan, menggunakan kuesioner sebagai teknik yang dipilih untuk mengumpulkan data.
Dalam pengumpulan data melalui teknik angket, alat yang digunakan disebut angket atau kuesioner. Oleh karena itu, langkah pertama dalam teknik angket adalah menyusun angket. Menyusun angket tidak hanya mendaftarkan pertanyaan, melainkan harus menaati aturan-aturan metodologis, berpijak pada landasan-landasan fungsinya, menggunakan bentuk dan bangunan terpola, dan memenuhi persyaratan-persyaratn fungsional lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa secara teknis, langkah-langkah penyusunan angket dapat di uraikan sebagai berikut :
  1. Menyusun kisi-kisi angket. Sebgaiman dalam menyusun pedoman wawancara,dan sebelum menyusun angket perlu menyusun kisi-kisi angket.
  2. Membuat kerangka pertanyaan. Kerangka pertanyaan disusun dengan mempertimbangkan bentuk angket, apakah terbuka ataupun tertutup.
  3. Menyusun urutan pertanyaan. Selanjutnya disusun menurut urutan tertentu sehingga antara satu dan lainnya ada kesinambungannya.
  4. Membuat format. Format angket harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden dalam mengisinya.
  5. Membuat petunjuk pengisian. Petunjuk pengisian dibuat sesuai dengan format yang mencerminkan cara mengisi.
  6. Uji coba angket. Sebelum angket disebarkan, terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahuiletak kelemahan serta hal yang mungkin menyulitkan responden dalam menjawab.
  7. Revisi. Hasil uji coba selanjutnya dijadikan dasar untuk merevisi.
  8. Memperbanyak angket. Langkah terakhir dalam penyusunan angket adalah memperbanyak sejumlah responden yang menjadi anggota sampel.2

  1. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunujuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya, kita memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut misalnya sangat, kurang atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar mengajar dikelas. Variabel yang akan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut
Variabel
  1. Guru mengajukan pertanyaan kepada murid (observasi selama 15 menit pada awal jam pelajaran). frekuensi
  1. Bertanya tentang hal yang sudah di terangkan ... XXXX
  2. Bertanya tentang jawaban teman sekelas ............ XXX
  3. Bertanya tentang tugas yang diberikan ............... XXXX

  1. Setiap kali guru bertanya bagimana tingkat kesukarannya.
  1. Sangat sukar ........................................................ X
  2. Sukar ................................................................... XXX
  3. Cukup ................................................................. XXXX
  4. Baik .................................................................... XX

Latihan Pengamat
Mengamati adalah menatap kejadian, gerakan atau proses. Mengamati bukannlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang.


Di dalam melatih pengamatan ini dapat juga dilakukan sebagai berikut :
  1. Dua-tiga orang pengamat memegang satu lembar format. Sambil mengamati kejadian mereka berunding, yang muncul termasuk kategori mana, lalu dicatat bersama.
  2. Langkah kedua, mereka terpisah dan memegang format serta mengadakan pencatatan. Sesudah beberapa menit (kurang lebih 15 menit) hasil pencatatanya didiskusikan, untuk mencari persamaan dan perbedaanya, Bagian-bagian yang berbeda didiskusikan. Langkah ini diulang-ulang sampai diperoleh kesamaan hasil pengamatan.
  3. Langkah ketiga, setelah kira-kira diperoleh kesamaan hasil (kesesuaian waktu/kebersamaan waktu) antar-pengamat, dilakukan uji coba terhadap beberapa responden.
  4. Langkah keempat, mencari koefesien kesepakatan pengamatan dan koefesien keajegan.
  5. Langkah kelima mengulangi lagi latihan dan diskusikan jika ternyata kedua koefisien tersebut masih rendah.3
Macam-macam observasi sebagai berikut :
1.      Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
2.      Observasi tak berstruktur
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3.      Observasi kelompok
Ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Adapun Manfaat Observasi sebagai berikut :
•     Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh.
•     Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung.
•     Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.
•     Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.
•     Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi responden.
•     Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti.

Obyek Observasi sebagai berikut :
1. Space : Ruang dalam aspek fisiknya
2. Actor : Orang yang terlibat dalam situasi sosial
3. Activity : Seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4. Object : Benda-benda yang terdapat di tempat itu
5. Act : Perbuatan / Tindakan tertentu
6. Event : Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
7.  Time : Urutan Kegiatan
8. Goal : Tujuan yang ingin dicapai
9. Feeling : Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang.4

  1. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dekomentasi yang di amati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Seperti telah dijelaskan, dalam menggunakan metode dekomentasi ini peneliti memegang chek-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
Contoh :
Peneliti ingin memilih buku pelajaran mana yang paling tepat untuk digunakan sebagai acuan dalam mengajar. Tentu saja buku yang akan dipilih tersebut harus berisi sesuatu yang dapat menuntun guru dalam melaksanakan pembelajaran. Misalnya ada 5 buku, baik dan tidak nya buku pelajaran dapat di ukur dari beberapa hal, antara lain :
  1. Kelengkapan isi
  2. Tingkat keterpahaman atau mudah dan tidaknya dipahami
  3. Pemberian contoh yang jelas
  4. Adanya gambar atau ilustrasi untuk memperjelas uraian
  5. Ada dan tidaknya rangkuman
  6. Ada dan tidaknya soal latihan5
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan dekomen-dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.6
Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1)   Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
2)   Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
3)   Condotional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.
4)   Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.7

  1. Tes
Tes umunya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentu tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriftif, tetapi deskriptifnya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran.8
Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan di evaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur lainnya, yaitu sebagai berikut :
  1. Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. Hal yang di ukur adalah kreativitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya.
  2. Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat orang.
  3. Tes intelegensi, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
  4. Tes kiap, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
  5. Teknik proyeksi, yaitu tes yang di mulai dipopulerkan oleh L.K. Frank Tahun 1939 didalam Bukunya Projective Methods for the study of personality.
  6. Tes minat, yaitu tes yang digunakan menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
  7. Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.9
























BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi, kita tidak hanya dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian.
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary analysis) dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.

  1. Saran-saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan kami sebagai penulis baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha lebih baik dengan selalu mengedepankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai referensi. Kami sangatlah mengharapkan masukan baik berupa kritik ataupun saran sehingga dapat menjadi sebuah intropeksi dari karya kami juga sebagai semangat dan landasan baru untuk terus berinovasi dalam berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar