Populasi
merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang
lain.[1]
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.
Misalnya
peneliti menetapkan populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini
adalah siswa SMU Negeri 2 Danau Kerinci Kabupaten Kerinci dengan jumlah
300 orang.
Pemilihan
karakteristik populasi pada penelitian ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa, siswa-siswa yang dipilih sebagai unit populasi
merupakan kelompok atau individu yang mempunyai karakteristik erat
dengan SMU tersebut.
Menurut
Hartono (2011: 46), populasi dengan karakteristik tertentu ada yang
jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat
dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja.[2]
B. Pengertian Sampel
Menurut
Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan
penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin
meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel, sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya
sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi
tersebut.
Keuntungan melakukan penelitian sampel adalah:
1. Peneliti tidak repot harus meneliti populasi, cukup hanya meneliti sampelnya saja.
2. Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari peneliti pada saat diambil datanya.
3. Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
4. Menghindari hal-hal yang destruktif, misalnya meneliti tentang kemampuan daya ledak peluru kendali.
5. Penelitian tidak bisa dilakukan dengan mengguakan populasi sebagai sumber data.[3]
C. Teknik Sampling
Teknik
sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan.
1. Probability Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple random sampling
Dikatakan
simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling kuota
Sampling
kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling insidental
Yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peenliti dapat digunakan sebagai sampel.
d. Sampling purposive
Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling jenuh
Yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunkan sebagai sampel.
f. Snowball sampling
Yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.[4]
D. Ukuran Sampel
Besarnya
jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan
penelitian sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin
homogen keadaan populasinya maka jumlah sampel semakin sedikit, begitu
juga sebaliknya. Adapun penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh
Roscoe dalam Sugiyono (2010: 131) adalah sebagai berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila
sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30.
3. Bila
dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada
5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
4. Untuk
penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel
masing-masing antara 10 s/d 20.[5]
Penetapan
ukuran sampel dari populasi dapat juga menggunakan rumus Slovin, dimana
penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat
mempengaruhi kesalahan pengambilan sampel populasi. Rumus Slovin
tersebut adalah sebagai berikut:
n =
dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
E. Error Sampling
Error
sampling dihitung berdasarkan selisih antara mean populasi dan mean
sampel. Semakin besar selisih mean sampel dengan mean populasi maka
semakin basar error samplingnya. Sebaliknya semakin sedikit selisih mean
sampel dengan mean populasinya maka error samplingnya semakin kecil,
apabila mean sampel dan mean populasinya sama maka error sampelnya
adalah nol.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar