Minggu, 15 April 2018

Pengertian quota sampling

Pengertian Sampling
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sampling, ada baiknya terlebih dahulu dipahami tentang konsep sampel dan populasi. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. (Sudjana 1989: 6).  Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Adapun sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh atau tidak mencakup seluruh obyek penelitian. dengan demikian sample adalah teknik mengambil sampel dari populasi yang ada. Ada beberapa alasan penggunaan sampling dalam penelitian diantaranya adalah adanya penghematan waktu, biaya dan tenaga serta kemungkinan memperoleh hasil yang akurat lebih besar dibandingkan jika menggunakan populasi sebagai subyek penelitian. hal ini dikarenakan jika menggunakan populasi, maka data yang diteliti mungkin akan sangat banyak yang berakibat pada ketidaktelitian peneliti.
Dengan berbagai keuntungan penggunaan sample dalam penelitian, maka sangat jelas teknik ini menjadi favorit para peneliti untuk digunakan. Akan tetapi, tetap perlu mempertimbangkan berbagai hal dalam penggunaan sampel misalnya ketepatan penentuan definisi populasi, ukuran sampel serta teknik pengambilan sampel.
Penentuan Ukuran Sampel
Sampel yang baik adalah yang bisa merepresentasikan populasi penelitian. Untuk menjadikan sampel penelitian representatif, maka perlu ditentukan jumlah sampel minimal yang akan digunakan. Dalam menentukan  ukuran sampel dapat dilakukan dengan  dua cara yaitu tanpa menggunakan rumus atau hitungan serta menggunakan rumus.
Untuk cara kedua, ada banyak sekali rumus yang dapat digunakan dalam menentukan jumlah sampel minimum. salah satunya rumus empiris dianjurkan oleh Issac dan Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:

Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
c2 = nilai tabel  c
Untuk memudahkan menerapkan rumus di atas, maka rumus tersebut telah ditransferkan kedalam bentuk tabel, sehingga kita tinggal memakai tabel tersebut.
Tabel 1 :
Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%
N
S
N
S
N
S
N
S
10
10
90
73
300
169
1900
320
15
14
95
76
400
196
2000
322
20
19
100
80
500
217
2200
327
25
24
120
92
600
234
2400
331
30
28
130
97
700
248
2600
335
35
23
140
103
800
260
2800
338
40
36
150
108
900
269
3000
341
45
40
160
113
1000
278
3500
346
50
44
170
118
1100
285
4000
351
55
48
180
123
1200
291
4500
354
60
52
190
127
1300
297
5000
357
65
56
200
132
1400
302
10000
370
70
59
220
140
1500
306
15000
375
75
63
240
148
1600
310
20000
377
80
66
260
155
1700
313
50000
381
85
70
280
162
1800
317
100000
384
Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 200, dengan taraf signifikasi 5% ukuran sampelnya 132, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 1000 taraf signifikansi  5% sebanyak 278.
Selain cara di atas, ada pula rumus dari Yamane  yang dikutip oleh ridwan dan akdon (2006: 249) dalam penentuan jumlah sampel jika populasi yang diteliti sangat besar yaitu dengan menggunakan persamaan berikut ini:
Dimana          n  = Jumlah Sampel
         N  = Jumlah Populasi
         D2  = Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan rumus tersebut, misalnya jika dalam sebuah penelitian terdapat populasi sebanyak 200 orang serta presisi yang diinginkan adalah 0,05, maka dengan menggunakan rumus di atas, jumlah sampel minimal yang akan digunakan adalah:
Dengan demikian, jika dibulatkan maka jumlah sampel minimal yang digunakan adalah sebanyak133 orang.
Akan tetapi, jika populasi relative sedikit, maka rumus Slovin yang memiliki persamaan yang hampir sama dengan rumus Yamane di atas dapat digunakan. Persamaan rumus Slovin adalah sebagai berikut:
Keterangan:       n          =  ukuran sampel
                     N    =  ukuran populasi
    =  tingkat signifikansi yang digunakan. misalnya 1%,   
5% atau 10%
Cara penerapan rumus Slovin sama dengan penerapan rumus Yamane.
Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu  random (acak) dan  nonrandom (tidak acak). Pengambilan dengan cara random yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengundi,  menggunakan tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan bantuan komputer. Sedangkan  pengambilan sampel dengan nonrandom  atau disebut juga incidental sampling, dilakukan tidak secara acak.
1.        Teknik Sampling Random
Ada tiga jenis sampling yang termasuk pada teknik sampling random  yaitu sampling random sederhana (Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling kluster/area (Cluster Sampling)
a.         Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling)
Teknik ini dikatakan random sederhana karena cara mengambil sampel dari populasi dilakukan secara random (acak) dengan tidak mempertimbangkan strata atau tingkatan dalam populasi. Teknik sampling random sederhana dapat digunakan seandainya populasi yang diteliti bersifat homogen.
Pengambilan sampel dengan teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah dengan sistematis/ordinal. Cara sistematis/ordinal merupakan teknik untuk memilih anggota sampel melalui peluang. dan teknik dimana pemilihan anggota sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dimulai dengan pemilihan secara acak untuk data pertamanya kemudian untuk data kedua dan seterusnya dilakukan dengan interval tertentu.
Ada beberapa kelebihan jika peneliti menggunakan sampling random sederhana ini. Diantaranya adalah dapat memberikan dasar probabilitas terhadap banyak teori statistik serta mudah untuk dipahami dan diterapkan. Adapun kelebihan menggunakan teknik sampling random sederhana diantaranya adalah peneliti harus menetapkan semua populasi dengan memberi nomer (angka) sebelum dilakukan pemilihan sampel. Hal ini akan memakan waktu yang relatif lama. Sub-klaster dalam populasi memungkinkan untuk terpilih semua serta individu yang terpilih kemungkinan akan sangat tersebar.
b.        Teknik Sampling Bertingkat (stratified random sampling)
Teknik sampling bertingkat ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat serta jumlah sangat banyak. . Penentuan strata dilakukan berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : menurut umur, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya.
ada beberapa syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu untuk menggunakan teknik ini antara lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:162-163): 1.adanya kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan. 2. Adanya data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi. 3. Jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap subpopulasi) harus diketahui dengan pasti. Hal ini diperlukan agar peneliti dapat membuat kerangka sampling untuk setiap subpopulasi atau strata yang akan dijadikan sumber dalam menentukan sampel atau responden.
Penerapan teknik stratified random sampling misalnya jika kita memiliki populasi disebuah Madrasah Aliyah sebanyak 100 0rang. Siswa kelas 1 = 25, 2 = 60 dan 3 = 15. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung  sebagai berikut :  untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang, B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan  C : (15/100) x 80 = 12 orang. Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini:

No
Kelas
Jumlah siswa
% dalam populasi
Jumlah sampel
1
Satu
25
25%
20
2
Dua
60
60%
48
3
Tiga
15
15%
12

Jumlah
100
100%
80

Pada kasus-kasus tertentu, terkadang, jumlah populasi yang tersebar dalam strata tertentu memiliki jumlah yang tidak proporsional. Dalam contoh diatas misalnya, jumlah siswa yang ada di kelas 3 hanya 5 orang. Maka jika pada teknik sampling proporsional, sampel dari siswa kelas 3 h.

c.      Teknik Sampling Kluster
Terkadang dalam penelitian, populasi tidak dapat diketahui secara pasti. Misalnya penelitian tentang siswa SMP di Sulawesi Utara. Tidak mungkin kita dapat menghimpun data semua siswa SMP yang ada di Sulawesi Utara. Kalaupun mungkin, datanya akan sangat banyak. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka kita dapat menggunakan tekhnik sampling cluster. Karena itulah teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah.
Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random. Misalnya pada kasus diatas, tahap pertama dapat dilakukan dengan membuat klaster berupa sekolah di desa/kelurahan, kecamatan atau kabupaten dan sebagainya. Selanjutnya diambil secara random, daerah yang akan kita jadikan sampel penelitian. langkah selanjutnya adalah mengambil sampel secara random seperti pada teknik random sampling dari daerah yang telah kita tetapkan sebelumnya.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
2.      Teknik Sampling Nonrandom
Tidak ada prinsip kerandoman (prinsip teori peluang) pada teknik sampling nonrandom. Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau dari penelitian. Tanpa prinsip ini, konsekuensinya penelitian dari sampel nonrandom tidak dapat digunakan pada sebuah penelitian eksplanatif yang menguji hipotesis tertentu, misalnya penelitian korelasional. Hal ini dikarenakan rumus uji statistik inferensial memiliki syarat normalitas dan homogenitas. Akan tetapi, teknik sampling ini secara luas sering digunakan untuk penelitian-penelitian kualitatif atau penelitian deskriptif.
Ada beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam penelitian sosial/penelitian komunikasi, di antaranya adalah:
a.             Sampel Aksidental (accidental sampling).
Sampel ini sering disebut sebagai sampel kebetulan karena pengambilannya tanpa direncanakan terlebih dahulu. Hal inilah yang menjadikan sampel ini sering kali disebut convenience sampling atau sampel keenakan. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara serta tidak bisa digunakan pada penelitian-penelitian yang berdampak luas dimasyarakat.
b.             Sampel Kuota (quota sampling).
Teknik sampling kuota merupakan teknik sampling yang hampir sama  dengan teknik sampling strata. Perbedaannya hanya pada cara mengambil sampel yang tidak dilakukan secara random tetapi berdasarkan keinginan peneliti. Teknik ini sering juga disebut judgement sampling karena berdasarkan pendapat tertentu dari peneliti. (Marzuki 2000: 42) Masalah apakah sampel bisa mewakili populasi tidak dipersoalkan dalam teknik ini.
c.             Sampel Purposif (purposeful sampling).
Dasar penetuan sampel pada teknik sampling ini adalah tujuan penelitian. Teknik purposive ini digunakan dalam upaya memperoleh data tentang masalah yang memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus tertentu. Misalnya, untuk meneliti kualitas sebuah produk fashion maka diperlukan responden yang memiliki kualifikasi kompetensi dalam bidang fashion ataupun seni tertentu.
Penutup
Umunya dalam penelitian sosial di Indonesia, keterbatasan dalam hal pendanaan,waktu serta sumber daya manusia adalah hal yang  biasa. Teknik sampling memberikan solusi untuk dua masalah diawal. Dengan sampling, kita dapat mereduksi jumlah subyek penelitian tanpa menghilangkan akurasi keputusan yang diambil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar